Senin, 24 Maret 2008

Langkah-Langkah "Membuat Cover Fine Dine"


1. Memilih background sesuai dengan tema majalah. Gambar bisa berupa foto karya sendiri, atau mengunduh dari Internet.

2. Gambar latar dimodifikasi dengan menggunakan tool ’brush’ yang tersedia di toolbar sebelah kiri.

3. Menambahkan nama majalah ’fine dine’ dengan menggunakan tool ’Text’ yang ada di toolbar sebelah kiri.

4. Menambahkan edisi majalah dan harga dengan menggunakan tools ’Text’. Tulisan dapat dimodifikasi dengan mengatur posisinya.

5. Menambahkan judul artikel ’Tiramisu: kue favorit’ dengan menggunakan tools ’Text’. Ukuran dan warna tulisan dapat diatur lewat pilihan tools ’Character’ yang muncul otomatis ketika kita membuka tools ’Text’.

6. Menambahkan judul artikel ’Restoran Tempo Doeloe’ dengan menggunakan tools ’Text’.

7. Menambahkan gambar barcode dengan menggunakan tools ’Crop’ dari gambar yang diperoleh dari Internet.

8 . Menambahkan judul artikel ’CafĂ© Bintang Lima di Bali’ dengan menggunakan tools ’Text’.



untuk menyimpan dalam format PDF, pilih 'save as' dan pilih option 'PDF'.





Macromedia Fireworks


Pengertian…

Fireworks adalah aplikasi desain grafis.

Biasanya, Fireworks ditujukan untuk membuat content suatu website.

Penggunaan Fireworks diutamakan bagi web-desainer dengan latar belakang keahlian desain grafis yang melibatkan perangkat image editing. Untuk itu, dalam pengoperasian Fireworks diperlukan keahlian penggunaan software image editing, seperti Corel atau Adobe Photoshop.

Fitur-fitur yang tersedia di Fireworks

mengedit berbagai jenis image dalam satu aplikasi,

membuat efek animasi pada image,

mengedit image dan halaman web dalam satu aplikasi.

Kelebihan Fireworks

bisa dipakai untuk image manipulation

bisa membuat animasi

Kekurangan…

membutuhkan latar belakang pengetahuan image editing.

Pengaplikasian Macromedia Fireworks

Pada pembuatan halaman situs bertema “Borobudur”

  • Pilih ukuran layer, sesuaikan dengan ukuran tampilan yang anda inginkan
  • Pilih warna background, atau jika tidak mau menggunakan warna, pilih ’transparant’
  • Buat object dengan menggunakan tool yang ada di sebelah kiri area kerja

  • Beri list pada object dengan menggunaan pilihan ’stroke’ di toolbar sebelah kiri area kerja


Klik tombol stroke, dan pilih warna yang sesuai

Stroke dipakai untuk membuat garis tepi object.

Fill dipakai untuk memberi warna di dalam object.

  • Background object bisa diganti sesuai selera
  • Masukkan tulisan dengan menekan tool ‘T’ di sebelah kiri area kerja.
  • Masukkan gambar dari document dengan membuka File -> Import -> pilih gambar yang ingin dimasukkan. Tahan dengan mouse untuk menentukan ukuran gambar yang ingin dimasukkan.

1. mengubah object menjadi button

Tombol adalah object khusus yang dapat bereaksi terhadap gerakan dan klik mouse.

Langkah Pertama

Klik kotak dengan menggunakan pointer tools

Langkah Kedua

Pada menu, klik Insert -> Convert to Symbol

Langkah Ketiga

Pilih Button

Langkah Keempat

Beri nama object

Langkah Kelima

Klik OK

2. mengisi tulisan dalam tombol

Langkah Pertama

Pada menu, klik Modify -> Symbol -> Edit Symbol

Langkah Kedua

Klik tombol Add Text

Langkah Ketiga

Klik pada area kerja, dan tuliskan label “Ini Tombol”

3. membuat efek animasi

Pada tabs pada bagian atas Button Editor akan nampak pilihan-pilihan:

· Up, adalah kondisi normal, tombol siap diklik.

· Over, terjadi bila mouse pointer berada di atas tombol

· Down, terjadi bila tombol sedang ditekan.

· Over While Down, terjadi bila mouse pointer berada di atas tombol yang dalam posisi down.

Langkah-langkah untuk mengaktifkan efek Mouse Over, yaitu perubahan bentuk tombol apabila mouse pointer diletakkan di atas tombol:

Langkah Pertama

Klik tab Over

Langkah Kedua

Klik Copy Up Graphics

(Langkah-langkah modifikasi button dalam kondisi disorot Mouse Pointer dijelaskan dalam langkah ketiga sampai keenam)

Langkah Ketiga

Klik tombol dengan Pointer Tools

Langkah Keempat

Ganti warna latar belakang tombol

Langkah Kelima

Klik tulisan dengan Pointer Tools

Langkah Keenam

Ganti warna tulisan

(Langkah ketujuh dan seterusnya berguna untuk memberi efek pada kondisi Down dan Over While Down)

Langkah Ketujuh

Klik tab Down

Langkah Kedelapan

Klik Copy Over Graphics

Langkah Kesembilan

Klik tombol dengan Pointer Tools

Langkah Kesepuluh

Ganti warna latar belakang tombol

Langkah Kesebelas

Ganti efek tombol

Langkah Kedua belas

Klik tulisan dengan Pointer Tools

Langkah Ketiga belas

Ganti warna tulisan

Langkah Keempat belas

Lakukan hal yang sama untuk kondisi Over While Down

Langkah Kelima belas

Tutup button editor

Langkah Keenam belas

Lihat hasil animasi pada tab Preview

Selasa, 18 Maret 2008

Bajak-Membajak

The Quintessential American Pirate

Samuel Langhorne Clemens, yang memiliki nama populer Mark Twain, dikenal dengan buku karangannya yang berjudul The Adventures of Tom Sawyer. Sebagai seorang penulis, Twain melihat betapa pentingnya peran negara dalam memberikan hak cipta sebagai wujud perlindungan bagi kekayaan intelektual yang dimiliki warga negaranya. Twain merupakan seorang penulis yang banyak memperjuangkan hak cipta dan hak kekayaan intelektual, khususnya untuk karya tulis. Tindakannya saat itu dinilai cukup berani, menimbulkan kontroversi dengan berbagai pihak.

Memulai karier awal sebagai seorang penulis novel di tahun 1870-an, Twain telah merasa puas dengan bukunya yang cukup laris di pasaran. Sayang, seiring dengan berjalannya waktu, ia berhadapan dengan masalah pembajakan. Hal itu diketahuinya ketika ia melakukan tur untuk mempromosikan bukunya. Ia dikenali banyak orang, namun tidak ada tidak ada yang membeli bukunya. Ketika ia sudah semakin dikenal dan dihargai karena karyanya yang bermutu, ia mulai menyuarakan tentang hak cipta. Pada tahun 1875, majalah Atlantic Monthly menerbitkan tulisannya mengenai hak cipta dan menggandeng penulis-penulis lain yang sepaham dengannya. Di akhir tahun ’1870-an, industri penerbitan kolaps yang berakibat pada jatuhnya harga buku. Pada tahun 1880, Twain menulis surat pada editor majalah Atlantic Monthly, William Dean Howells. Dalam suratnya, Twain mengungkapkan kecewaannya yang mendalam pada buku bajakan dan karya yang disebut Twain sebagai karya picisan yang dijual dengan harga murah. Di akhir surat, Twain menyatakan dirinya menolak segala bentuk perjanjian hak cipta internasional. Menurutnya, perjanjian semacam itu hanya akan menguntungkan industri penerbitan, sebagian pengarang, dan merugikan 20 juta rakyat Amerika. Nyatanya, rakyat Amerika pada saat itu menikmati kehadiran karangan picisan tersebut. Akhirnya, Mark Twain bangkit dan menerima tantangan untuk bersaing dengan karya-karya genre itu pada tahun 1886. Keteguhan hatinya mendapat jawaban ketika di tahun 1891 hak cipta internasional efektif diberlakukan.

Selain permasalahan dengan lembaga pembuat hak cipta internasional, Mark Twain juga pernah bersengketa dengan Mary Ann Cord, pekerja di rumahnya, terkait dengan kepemilikan hak cipta atas karyanya yang berjudul The Adventures of Huckleberry Firm. Karya yang diterbitkan majalah Atlantic Monthly ditulis oleh Twain, namun menurut Cord itu adalah idenya. Sejak peristiwa itu, hak cipta selalu menjadi pertimbangan untuk menjaga ekspresi dari ide, bukan ide itu sendiri.

The Idea of Copyrighting Ideas

Berdasarkan pengalaman Twain dan Cord, ada dua pertanyaan besar yang berkaitan dengan hak cipta. Pertama, bukankah semua karya sifatnya derivatif? Artinya, pengarang A mendapat ide dari pengarang sebelumnya, dan seterusnya, seperti Monet yang ’belajar’ dari Cezanne. Kedua, apakah boleh meniru sebuah karya secara utuh? Lantas, bagaimana jika karya tersebut berupa tulisan?

Hukum mengenai hak cipta yang berlaku setidaknya sejak 1710 hingga 1870 telah merumuskan ada perbedaan yang fundamental mengenai ’ide’ dan ’ekspresi’. Kita dapat melindungi ekspresi ide kita, namun tidak diijinkan untuk memonopoli ide itu sendiri. Misalnya, pada karya berwujud gambar yang dibuat sebagai bentuk terjemahan sebuah dokumen. Karya gambar itu memiliki hak cipta tersendiri, karena ia merupakan karya yang berbeda dengan karya dokumen yang telah dibuat sebelumnya; karena bentuk ekspresi ide-nya telah berubah. Menurut Thomas Jefferson, ide adalah kekuatan berpikir yang dapat dimiliki secara eksklusif oleh seseorang (penciptanya) selama ia menyimpan itu sendiri, namun statusnya dapat berubah menjadi milik orang lain ketika ia menyebarkannya pada orang lain. Lebih lanjut Jefferson menyatakan bahwa terminologi ’property’ dipakai untuk menjelaskan ’hasil intelektual’ yang jika dibagikan tidak akan menghilangkannya dari sang pemilik. Ia mengibaratkan dengan cahaya dari lilin yang diberi ke lilin lain, tanpa mematikan cahaya dari lilin pertama. Donaldson v. Beckett menyatakan bahwa penulis kehilangan hak mengekspresikan idenya ketika naskah mereka dipublikasikan. Begitu pula dengan penulis di abad ini yang menyerahkan kekayaan intelektualnya pada penerbit yang pada mereka pula lah penulis menyerahkan hak reproduksi dan publikasi.

Selasa, 11 Maret 2008

The Triple Convergence

Hadirnya teknologi ke dalam kehidupan penduduk, menandakan masuknya penduduk dunia ke era ’dunia yang rata’. Dunia yang ’rata’ membuat penduduk suatu negara terhubung dengan penduduk dari negara lainnya dengan lebih mudah dan murah. Mereka bisa berkomunikasi dengan media yang lebih beragam. Dan pada akhirnya, akan terbentuk kelompok-kelompok baru, yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya mereka bisa terhubung satu dengan lainnya. Kelompok baru ini bisa menjalin hubungan bisnis antarnegara atau sekadar hubungan pertemanan. Terbentuknya kelompok baru merupakan salah satu dari convergence yang ada.

Konvergensi adalah segala sesuatu yang (mulanya) banyak, lalu disimplifikasi sehingga menjadi sedikit dan ringkas. Ada tiga konvergensi, konvergensi yang pertama ialah hadirnya mesin (alat, device, software, atau hardware) yang mampu melakukan berbagai hal (multitask). Jika sepuluh tahun yang lalu belum ada alat untuk mengirim fax, sekaligus copy, print, dan scanning, kini tidak lagi. Dengan mudah dapat kita temukan alat yang dapat melakukan semua fungsi tadi dalam satu alat. Ya, semuanya dalam satu alat yang sama dan dapat dibeli dengan harga yang relatif murah. Selain alat yang mampu melakukan multitask tersebut, konvergensi pertama ini juga termasuk mesin (alat, device, software, atau hardware) yang dapat mempermudah hidup pekerjaan manusia. Misalnya, software yang memungkinkan kita untuk memesan tiket pesawat tanpa perlu datang dan mengantri lama di loket maskapai serta membayar dengan uang tunai. Kini, sudah ada layanan yang memungkinkan kita untuk memesan tiket secara on-line, dimanapun dan kapanpun dengan sistem pembayaran lewat kartu kredit.

Konvergensi yang kedua ialah terbentuknya kelompok-kelompok baru. Anggota kelompok tersebut bisa jadi tidak berasal dari negara yang sama, bahkan bisa jadi mereka tidak pernah saling bertatap muka. Hubungan dalam kelompok ini bisa bertujuan apa saja: bisnis, pertemanan, hingga kesamaan hobi. Misalnya, kelompok orang yang tergabung dalam mailing list Jalansutra. Tidak semua anggotanya pernah bertemu secara nyata, namun mereka rutin berkomunikasi dalam dunia maya. Anggota-anggotanya pun beragam dan tersebar di seluruh dunia.

Meskipun dikatakan bahwa dunia kini ialah ’dunia yang datar’, namun tak berarti kemajuan teknologi telah membawa dampak positif bagi seluruh penduduk dunia. Masih ada beberapa bagian dunia yang belum terjangkau kemajuan teknologi ini serta mengecap nikmatnya teknologi. Namun, dengan hadirnya penemuan-penemuan di bidang teknologi, setidaknya membawa sebagian penduduk dunia ke arah yang lebih baik: membuat mereka lebih mengenal dunia luar.